Kisah Hachiko Anjing Yang Penuh Kesetiaan Di Dunia Nyata – Pada tahun 1920-an, Hidesaburo Ueno, seorang Profesor dari Universitas Tokyo, Jepang sibuk mencari anjing dengan ras Akita Inu miliknya.
Hachiko, Sang Anjing Pahlawan dengan Kesetiaan Tanpa Batas
Di tengah pencarianny di Kota Odate, ia menemukan dan langsung langsung membeli seekor anjing seharga 30 yen. Setelahnya, Profesor Ueno bergegas membawa anjing barunya tersebut pulang ke Tokyo dengan menggunakan sebuah kereta cepat.
Setibanya di rumah, sang Profesor menamai anjing barunya tersebut dengan Hachiko, yang berasal dari kata hachi merujuk pada angka delapan yang dalam bahasa Jepang memiliki simbol keberuntungan. Sejak itulah hubungan antara Profesor Ueno dan anjingnya, Hachiko, terjalin dengan begitu harmonis.
Profesor Ueno mempunyai kegiatan rutin sehari-hari dengan mengajar di Universitas Tokyo, dimana ia menggunakan kereta api sebagai alat transportasi untuk mencapai universitas tersebut.
Begitu pun ketika ia hendak pulang ke rumahnya. Sehingga, setiap harinya Hachiko mengantarkan tuannya tersebut sampai Stasiun Shibuya.
Dengan sabar dan tidak sedikit pun beranjak dari tempat dimana ia menunggu Profesor Ueni, Hachiko rela menunggu sampai majikannya selesai mengajar di sore hari dan kembali ke tempatnya.
Profesor Ueno selalu mendapati Hachiko sudah berada di depan stasiun sewaktu pulang. Begitulah aktivitas rutin yang dilakukanoleh Hachiko tanpa merasa bosan sedikitpun.
Sayangnya, cerita tersebut itu tidak berlangsung lama. Pada tanggal 21 Mei 1925, Profesor Ueno yang tengah mengajar di kampusnya tiba-tiba terkena stroke dan meninggal dunia.
Hachiko yang belum mengetahui bahwa tuannya telah meninggalkannya selamanya, menanti di depan stasiun hingga larut malam.
Tiga tahun setelahnya, pada tahun 1928, Stasiun Shibuya melakukan perombakan total. Namun hal tersebut tidak menyurutkan keinginan Hachiko untuk menunggu Profesor Ueno. Warga sekitar sering mendapati Hachiko tidur di salah satu sisi toko Stasiun Shibuya.
Singkat cerita, Hachiko diadopsi oleh majikan yang berbeda-beda. Namun, lokasi rumah pemilik terakhirnya terhitung sangat jauh dari kawasan Shibuya. Alhasil, Hachiko berkali-kali berhasil melarikan diri menuju Stasiun Shibuya.
Kematian Hachiko Sosok Anjing Paling Setia Dalam Sejarah
Salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari Stasiun Shibuya lantas mengadopsi anjing tersebut karena merasa tidak tega melihat perjuangannya yang gigih untuk kembali ke stasiun tersebut.
Pada 8 Maret 1935, Hachiko ditemukan sudah meninggal di dekat Jembatan Inari, Shibuya. Penyebab kematian anjing tersebut adalah kanker dan infeksi filaria.
Hampir 10 tahun sisa hidupnya ia habiskan demi menunggu Profesor Ueno pulang dan menjemputnya di stasiun.
Untuk mengenang kisah Hachiko, pemerintah setempat memasukkan kisahnya ke dalam buku pendidikan moral bagi murid kelas dua di Jepang. Judul kisah tersebut adalah On o Wasureruna (1937) yang berarti, “balas budi jangan dilupakan”.
Selain itu, beberapa film diproduksi untuk mengenang Hachiko, seperti Hachiko Monogatari (1987), Densetsu no Akitaken Hachi (2006), dan Hachiko: A Dog’s Story (2009).
Tidak hanya sampai disitu, beberapa patung memorial pun dibuat di sejumlah tempat. Antara lain kawasan Stasiun Shibuya dan Odate (kota kelahiran Hachiko).
Tak ketinggalan patung Hachiko dan Profesor Ueno di area Universitas Tokyo dimana lokasinya berdekatan dengan Ueno Park.
Pada tanggal 8 April setiap tahunnya, Jepang selalu mengadakan perayaan untuk mengenang Hachiko, anjing yang dinilai sebagai anjing paling setia sepanjang sejarah.
Masyarakat sekitar sangat menghormati sebuah arti kesetiaan sebagaimana anjing bernama Hachiko telah lakukan.
Alasan Anjing Bisa Bersahabat Sangat Baik Dengan Manusia
Mungkin kita pernah berpikir, kenapa ya, anjing bisa mudah sekali nurut dengan perintah majikannya? Atau, banyak jenis anjing yang sangat manja dengan sang majikan dan menjadi hewan peliharaan favorit.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh sekelompok ilmuwan dari Jepang. Mereka mengungkap alasan beberapa jenis anjing bisa mengikuti perintah hingga dekat dengan sang majikan layaknya seorang ‘kawan’.
Studi yang dipublikasikan di Scientific Reports, menjelaskan adanya peranan gen yang menghasilkan hormon kortisol atau hormon pengendali stress.
Gen itu mengalami mutasi pada jenis anjing yang telah mengalami domestikasi – ‘penjinakkan’ hewan yang aslinya hidup liar kemudian dikembangbiakkan dalam penangkaran.
Mutasi itu terjadi pada gen MC2R (melanocortin 2 receptor), yakni sebuah gen yang memegang kendali dalam keterampilan anjing.
Proses mutasi gen MC2R membuat anjing bisa mengembangkan keterampilan untuk memahami interaksi dan komunikasi dengan majikannya.
“Gen MC2R paling efektif untuk keterampilan anjing dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah. Indikasi mutasi gen ini terjadi pada awal proses domestikasi anjing.”
Dalam studi tersebut, Nagasawa bersama temannya melakukan uji coba terhadap 624 ekor anjing yang terdiri dari dua kelompok besar. Pengelompokan anjing-anjing itu didasarkan dari jenis rasnya.
Kelompok pertama, merupakan anjing yang memiliki kekerabatan dekat dengan serigala berdasarkan genetiknya, seperti anjing jenis Akita dan Siberian Husky.
Sementara kelompok kedua, terdiri dari anjing yang secara genetik berkerabat jauh dengan serigala atau anjing domestik. Uji coba yang dilakukan meliputi pemberian tugas kepada semua anjing yang diikutkan sebagai subjek penelitian itu.
Tugas pertama, semua anjing diharuskan untuk memilih mangkuk mana yang dibaliknya berisi makanan mereka. Tentunya, jika anjing itu memahami perintah yang ada, mereka akan memberikan respons berupa isyarat seperti menatap, menunjuk hingga mengetuk mangkuk yang berisi makanan.
Berdasarkan tugas pertama itu, ilmuwan bisa mengerti bagaimana pemahaman anjing dalam menerjemahkan gerak tubuh dan komunikasi dengan manusia.
Analisis Tentang Keterikatan Sosial Anjing Dengan Manusia
Sedangkan tugas kedua, ilmuwan mencoba melihat tingkat keterikatan sosial anjing dengan manusia. Uji coba kedua itu dilakukan dengan menguji anjing untuk bisa mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang ada. S
Seluruh anjing dalam studi tersebut, diharuskan untuk bisa mencari cara dalam membuka wadah pakan yang disediakan di depannya.
Pada tugas kedua itu, ilmuwan menganalisis berapa lama waktu yang dihabiskan anjing untuk melihat wadah pakan sebagai respons ketertarikan dan pemahaman mereka terhadap makanan yang disediakan manusia.
Selain itu, mutasi yang terjadi memungkinkan anjing yang telah mengalami domestikasi mampu mengontrol tingkat stress saat berkawan dengan manusia.